Mendengar kata tato,beragam asosiasi muncul di benak kita. Ada yang mengasosiasikan dengan pelaut,ada juga yang membayangkan dunia tribal yang sarat dengan motif etnis penuh makna,dan tak jarang yang melekatkan tato dengan dunia kriminal atau dunia preman maupun tanda suatu kelompok eksklusif atau geng.Untuk kasus yang terakhir ini malah sempat menjadi kasus luar biasa di tahun 1980-an,yaitu dengan adanya aksi”Petrus” alias penembak misterius. Korban-korban dari Om Petrus ini kabarnya para pria yang memiliki tato di tubuhnya.Tak ayal waktu itu banyak pemilik tato jadi belingsatan karena takut jadi target Om petrus berikutnya.Yang terlanjur punya tato banyak yang berusaha menghilangkan dan tak sedikit yang kemudian malah mengalami cacat pada tubuhnya.Yang baru punya niat bikin,mendadak sontak membuang jauh-jauh ide tersebut.
Buat ukuran anak muda jaman sekarang,tato tampaknya menjadi sesuatu yang fungkeh,terlebih ketika makin banyak selebritis yang ramai-ramai ikut mengguratkan tato pada tubuhnya baik permanen maupun temporer. Kios-kios yang menyediakan jasa body piercing dan tato pun merebak di seantero kota besar seluruh dunia,terutama kota-kota yang dekat dengan sentra-sentra komonitas tribal. Sebut saja Bali atau lebih tepatnya Kuta atau Sanur-nya yang dekat dengan komunitas Sasak-Lombok;Kuching di Serawak yang dekat dengan komunitas Dayak;Melbourne-Sidney yang dekat dengan komunitas Aborigin. Selain itu kota-kota metropolis seperti New York,London yang karena kekuatan dokumentasi peradaban juga menjual motif-motif tato baik dari lingkungan suku-suku di Pasifik maupun Root Anglo-Saxon seperti Viking.
Bagi sebagian anak muda kota besar,tato is like an exotic veil yang dapat menghantar diri kepada kemistikan sebuah dunia antah berantah atau menjadi gerbang masuk to the ancient world.Imej pada tato menjadi referensi kepustakaan akan simbol-simbol yang lebih dapatmerepresentasikan kehidupan,kematian,nilai-nilai sebuah hubungan sebagai sebuah proses pelarian sekaligus resistensi dari simbol-simbol tata krama dan kemapanan yang dihadirkan tokoh-tokoh tua di birokrasi,aparat negara dan pelaku bisnis yang kian hari dianggap sebagai kausal dari realita yang makin terkikis ini.Tato kemudian menjadi simbol representasi yang sangat personal.Liat saja para anggota Red Hot Chili Pappers yang semua badannya dipenuhi tato. Apalagi “si bintang lapangan” Anthony Kiedis yang pada tahun 1990-an awal sempat ngebela-belain ke Kalimantan tepatnya ke Desa Sadap ,tempat Rumah panjang masyarakat Dayak Iban,diperbatasan Taman Nasional Betung Keriung ,perbatasan Kalimantan Barat dan Serawak demi mendapat tato motif tribal dengan treatment tradisonal ala Dayak.
Kalimantan hingga saat ini tercatat sebagai salah satu wilayah di dunia yang masih menjalankan praktek tato,sebuah tradisi yang berlangsung sejak berabad-abad lalu. Kemasyuran tato Dayak sendiri dikenal di dunia barat sejak akhir abad ke-19,dimana mulai banyak terbitan yang mendeskripsikan
kehidupan masyarakat Dayak sebagai native penghuni pulau Kalimantan, pulau ketiga terbesar di dunia setelah Greenland dan Irian. Pada tahun 1912, Charles Hose dan William MacDougall menerbitkan bukuThe Pagan Tribe of Borneo,yang terhitung sebagai salah satu referensi klasik mengenai kehidupan tribal.Dalam buku tersebut Hose dan Dougall memuat catatan perjalanan mereka ke Kalimantan dengan memaparkan informasi yang di peroleh langsung dari tangan pertama,termasuk banyak ragam hias tato.
Bagi orang Iban sendiri,guratan tato dikaitkan dengan moment-moment penting dalam satu siklus hidup seseorang.Seorang anak perempuan yang sudah pandai menenun kain akan menerima tato berbentuk seperti gelang rajut yang melingkari kedua lengannya. Seorang anak laki dewasa yang sudah pantas merantau akan menerima tato dalam motif khas Iban seperti bunga terung atau ketam.Yang menarik ketika beberapa lelaki Iban mencatatkan moment rantau mereka.Semisal mereka yang merantau ke Malaysia naik pesawat terbang, mengguratkan gambar pesawat terbang lengkap dengan tulisan Malaysia Airlines System di dadamereka.Adalagi yang menorehkan gambar senapan mesin karena pada saat merantau turut hanyut dalam proses konfrontasi Indonesia-Malaysia ataupun terlibat penumpasan pemberontak komunis Paraku (Pasukan Rakyat Kalimantan Utara) sekitar tahun 1960-an. Nah kalo ada yang menggambar wanita telanjang dalam posisi ngongkong,bisa elu bayangin deh pengalaman apa yang mereka dapatkan waktu merantau?? Atau bila dilihat di anak muda jaman sekarang yang banyak mengguratkan tato tribal motif gelang yang
melingkar di lengannya yang keliatan macho,elo bisa mereka-reka sendiri deh arti dari guratan tato tersebut..!!
hecking++
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar